Natal, ke-4 di tanah rantau _lagi-lagi_
Tak ada bau makanan yang menyengat dan merangsang perut lapar, tidak ada keriuhan kompleks anak kecil yang saling menghunjukkan baju-baju barunya untuk dipamerkan dihadapan sang bayi Yesus dan pastor pemimpim misa. Tak ada pertengkaran cat rumah yang tepat untuk tahun ini sehingga natal menjadi lebih meriah. Tidak ada yang namanya leis daging (babi, sapi) ato rame-rame gotong anjing untuk dijadikan RW.
Yang ada hanya wajah-wajah keras masyarakat perantau dan pejuang, berharap tahun ini bisa mengirimkan sedikit nafkah bagi keluarganya di kampung halaman sana (mungkin supaya bisa beli cat rumah baru dan satu kilo daging leis). Atau wajah-wajah hampir putus asa yang ingin segera pulang untuk berkumpul bersama keluarganya merayakan natal bersama tapi masih harus melanjutkan sisa semester yang tersisa demi masa depan yang bagus. Klasik anak kuliahan. Baju yang dipakai untuk puncak perayaan natalpun masih sama dengan baju tahun lalu. Kemudian kesenduhan kamar kos yang suram dan kunjungan para sahabat dengan sekaleng Kong Guan biscuit terus dipadukan segelas Syrup ABC (bahasa keren di timor sana, ORSON). Cukuplah Natal tahun ini dengaan semuanya.
Natal selalu diidentikkan dengan kebersamaan dan kegembiraan, dimana saja di rumah bisa juga di gereja dan bagaimana dengan hati kita? Sudahkah ada kebersamaan dan kebahagiaan itu?
Dahulu saat masih di Ende, tanah kelahiran saya dimana sepersekian hidup saya bisa saya lewatkan natal bersama orang-orang yang disebut dengan keluarga dan sahabat serta kenalan lainnya. Semua terasa menyenangkan, natal menjadi moment yang tepat untuk mengunjungi, memaafkan dan mengenang masa-masa silam. Sekarang, setelah empat tahun yang sulit di tanah orang sepertinya semua tradisi itu tidak lagi ada. Ada kerinduan akan semua itu. Mampukah saya menciptakan suasana itu di lingkungan hidup saya sekarang? Cerita dibawah ini bisa menjadi gambaran dari keinginan terbesar saya itu.
===================================================
Masih subuh saat itu hari minggu tepatnya semua punya kesempatan bersama, assoempterz sudah pada rame di emperan lantai dua pasatempo 26, masing-masing dengan plastic sampah besar hitamnya siap menjalankan kewajiban memungut tiap sampah plastic yang ditemukan. Yah semua sedang bersemangat mengumpulkan duit untuk bisa merasakan kebersamaan natal tahun ini. Seperti inilah kebersamaan yang berusaha mereka ciptakan khususnya menyongsong natal kali ini.
“Ayo…siap koh?” Yati, cewek maumere aseli sekaligus ketua mudika assoempta memberi aba-aba…haha..seru…
Berbaris, meski tidak rapih dan asal kami dibelakang mengikuti aba-aba. Menuju lapangan renon kami pagi ini bersiap menjarah apa saja yang bisa kami bawa pulang _pastinya sampah plastic tujuan utama, bukan barang berharga milik orang lain.hehehe_ tekun bekerja tentu membawa hasil yang baik. Menjelang tengah hari masing – masing orang sudah membawa bebannya dengan bangga. Kembali ke markas _pasatempo 26_ hasil dikumpulkan dan bersiap-siap untuk ditukarkan ditempat sang penadah. Ada k’hubert yang dengan senang hati melaksanakan tugas tersebut bersama k’micky _sang driver, that’s friend are for_ sambil menanti sang utusan kembali, kami mulai melancarkan aksi autis kami. Saling meledek, cerita moop lucu yang masih bersarang di ingatan atau ada yang dengan sukarela memetik gitar dan bernyanyi. Tiba-tiba kaka Angky, senior tertua dan paling kepala gila bersuara _kalo tak bersuara bukan angky namanya, wekekekekekeke_
“oi..kita makan dulu koh,,kaa..muuu…tidak lapar kah…?” …(angky punya kesulitan berbicara, cenderung membutuhkan waktu yang lumayan lama untuk menyelesaikan satu kalimat.:peace: kaka angky kalo baca ini..hahahah)
Lalu kaka Asgo sang liturgian menimpali dengan logat sumba kentalnya
“ha..pi beli makan su..basis, ayo tuan rumah bagaimana ini tir ada inisiatif ju”
“ah..kumpul uang kah kalo mo makan” jawabku
“y sudah kumpul uangnya na’e” Andi meningkahi dengan logat bali yang dipaksakan sedikit timor, niat bener mengkombinasikan NDi..hehehe…
Akhirnya uang terkumpul _setelah aku melancarkan aksi premanku dulu, menagih dari tiap-tiap orang_ menuju warung Ibu Babi _nama ini sengaja diberikan karena yang bersangkutan juga menjual daging babi sebagai lauknya, kebiasaan anak-anak kos memberi nama pada pelaku kegiatan sesuai jualannya.pernah sekali ada ibu yang kebetulan menjual RW dipanggil Ibu Anjing. Untungnya yang merasa dipanggil seperti itu tidak begitu memikirkannya asalkan pembeli doyan dengan jualannya…haha..klasik_ 10 bungkus nasi siap dibawa pulang dan lagi-lagi diriku merangkap yang membagikan kepada masyarakat-masyarakat yang kelihatan sudah kelaparan stadium akut.
Selang beberapa menit k’hubert dan k’micky sudah kembali dari tugas perutusannya _huehehehe.,.._ membawa hasil lumayan banyak untuk pekerjaan kami hari ini nominal itu ditambahkan lima nol dibelakangnya dan angka dua didepannya. Thanks God. We did.
Itu dua minggu yang lalu sebelum hari natal tiba, ada dua minggu kedepannya kita masih saja giat bekerja dan menimbun hasil yang memuaskan. Maka hari ini dengan segala berkat Tuhan kami dapat berkumpul _lagi-lagi di Pasatempo 26 Lantai III yang lapang karena bagian itu disebut bubungan rumah kemudian ada bale-bale yang biasa dipake anak kos untuk berleha-leha sejenak di siang hari_ ada dua panggangan yang sedang bernyala-nyala dengan seekor beh guling yang siap dikorbankan lalu sekumpulan wanita timor _WATI, ganknya Assoempta pada timor semua_ sibuk ngulikkk bumbu sampe keringat bercucuran tapi mulut terus bergerak _memank timor ee, ada saja bahan bicara tuh_
“nasi su masak kah?” tiba-tiba ada yang bertanya
“oh tenang dalam proses. Kamu hanya tau makan ee” K’helen calon mama-mama timor neh menyahuti dengan dialek atambuanya yang sekental susu indomilk colekat.
“eh..kaaaa..muuu…tidak bagoyang koh?beeetaaa..su putar lagu jamilah neh…eee Ende lu sini do..menari” susah payah k’angky menyelesaikan kalimat ini sambil tangannya melambai padaku dan disambut riuh tertawa anak-anak..hahhaahahah….
Tanpa kami sadari ada yang dengan seriusnya bergoyang didalam kamar, langsung dihadapan sound sambil menghayati lagu Jamilah bersama Om Tiger sang penyanyi. Dia itu Arnold, saudaranya Yati. Dan ternyata bukan hanya dia ada k’micky yang serius mengajarkan dansa timor lestenya bersama noi. Eh jangan lupa ada natto juga yang sekarang menarik-narik tanganku paksa.
“kenapa neh natto?” tanyaku
“Sa ajar lu dansa” jawabnya
“adi..dansa pake lagu oa begete neh _sudah ganti lagu ceritanya_ mana cocok?” seruku asal. Hahaha. Biar hatinya senang ku iyakan saja maunya, alhasil dansa dengan lagu dangdut maumere ini menimbulkan lelucon baru dikalangan anak-anak. Semua tertawa seru….
Menjelang malam, hidangan segera disiapkan. K’helen sang ketua masak sudah mulai terlihat lelah setelah seharian meracik bumbu dan masakan serta penganan lainnya. Baiknya,,,hohohoh..
Hari ini tanggal 26 December 2009, menurut penanggalan katolik ini Hari Natal kedua. Semua duduk khusyuk, menyiapkan hati untuk berdoa dan sharing. Assoempterz beraksi=======
Cerita ini saya dedikasikan untuk all assoempterz, hope can call all your name here but not enough..sorry…heheheh…keep going with our life and enjoy when we together.
Assoempterz is:
Umbu Herman - Sumba
Fila Hidayana – Kalimantan
Yati Radja – Maumere
Arnold Radja – Maumere
BaSeZ – Ende
Inna Billy – Sumba
Katharina Tridawanti – Manggarai
Agustinus anagoga – Sumba
NOi Gonsalves – Atambua / TIMLES
Natto – Atambua / TIMLES
Helen – Atambua
Micky – Larantuka mix Atambua
Patris – Magepanda / Maumere_hehehe__
Andre – Maumere
Angky Way – Kupang / boawae
Ego – Kupang / Riung
Idenk dan Ike – Maumere
Baldi – Sumba / Maumere
Andi – Nak Bali Aseli
Richard - BAjawanese
Marga - Surabaya
EmiL – Surabaya
Yuven – Boawae
Mimi dan AngeL – Manggarai
Rit – Sumba
Ima - Sumatera
Siapa lagi e?
*Silahkan kasih saya Photo yank palink mantaph, bisa2nya saya tidak ada Photo Assoempta!ck..ck..ck..